The Plot
Peter Parker (Andrew Garfield) awalnya hanya bocah high shool biasa. Gigitan laba-laba hasil rekayasa genetik merubahnya menjadi manusia super.
The Amazing Spiderman (2012) menjadi turning point kembalinya movietard menginjakkan kaki ke bioksop untuk benar-benar menonton film. Okay, that’s sound lebay, tetapi jujur, hampir sebulan penuh Movietard tidak menonton film di bioskop, dan hey, kalaupun ke bioskop, yang ditonton selama bulan Juni-Juli kemarin hanyalah gelaran pesta bola Eropa. So, alih-alih menonton Abraham Lincoln: The Vampire Hunter, Brave, Lewat Djam Malam ataupun Madagascar 3,
Movietard justru asyik menikmati perempat final dan semi final Euro
2012 di bioskop kesayangan. Belum lagi, kedatangan salah satu punggawa
Spain NT ke Indonesia, Xabi Alonso, membuat movietard tak kalah sibuk
mengejar si bintang ini selama 3 hari 3 malam pada awal Juli lalu
(okay, that’s sound toooo…. lebay, but it happened for real! I stalked
Xabi for 3 days). But then, after the Euro party was over, I’m glad to
back at my ordinary life and it means… time to watch movies again, and The Amazing Spiderman became the first one!
The Amazing Spiderman menjadi film superheroes kedua setelah The Avengers (2012) yang di lempar di musim panas ini. Film ini menanggung beban berat karena selain si superheroes harus berdiri sendiri tanpa teman-teman berkekuatan super lainnya, pertanyaan mendasar, mampukah film re-boot ini menyamai prestasi Spider-man (2002) yang dibuat dengan begitu apik oleh Sam Raimi?
In my opinion, I love the old one better than this new movie! The
reason was so simple, Raimi’s class was beyond Webb. Webb wasn’t a bad
one, he just needs more time to be as great as Raimi. Apalagi, Webb
hanya melakukan pengulangan dari seri sebelumnya, dengan penambahan
dari sisi drama dan humor. Ya, James Vanderbilt yang dibantu Alvin
Sargent dan Steve Kloves menggarap story plot The Amazing Spiderman dengan menjadikan kolega Peter sendiri menjadi musuh Spiderman, yaitu ketika The Lizard (Rhys Ifans) seperti layaknya Green Goblin
(Willem Dafoe) terpaksa menjadi obyek eksperimen ilmiah dari perusahaan
mereka sendiri, Oscorp, yang berakhir dengan hasil diluar dugaan.
Premis cerita dengan formula yang sama
realitasnya dihadirkan Vanderbilt dan kawan-kawan dengan cukup
menghibur, memberikan ruang kepada audiens untuk menertawakan tingkah
laku Peter yang nerd ataupun melalui kisah Peter yang belum
terbiasa dengan kekuatan barunya itu. Audiencs juga diajak melihat
gejolak masa muda Peter, baik dari sisi percintaan dengan si blonde
cantik Gwen Stacy (Emma Stone), kemarahannya paska kehilangan Uncle Ben (Martin Sheen), kasih sayangnya pada Auntie May (Sally Fields) -buying egg’s scene won!- dan tentunya, ketika Peter harus menanggung beban untuk menyelamatkan New Yorkers
yang sebagian telah berubah menjadi manusia-manusia kadal. Sayangnya,
Vanderbilt tampak setengah hati menjelaskan kisah misteri ayah Peter, si
ilmuwan Oscorp yang meninggal dengan misterius. Well, setengah hati karena mungkin jawaban misteri ini sengaja disiapkan untuk menjadi dasar penceritaan untuk sekuel baru.
Berbicara tentang petualang manusia laba-laba tentunya tak lepas dari sosok aktor yang memerankan superheroes ini. Kembali mengikuti jejak Raimi, untuk The Amazing Spiderman, Webb memilih sosok yang bertampak innocent boyish
layaknya Maguire, yaitu Andrew Garfield. Sayangnya, kharisma Garfield
toh tidak sekuat Maguire -yang memang sudah memiliki jam terbang akting
yang tinggi saat memerankan Spiderman pertama kali-. Memang, Garfield
tampil begitu natural ketika menjadi bocah misfits di sekolah, tetapi ketika ia berganti kostum menjadi manusia laba-laba, he still lacked of star charisma. Kekurangan lainnya adalah dari segi lawan, The Lizard juga tampil tak semenyeramkan Green Goblin, kelembutan Ifans saat memerankan Dr. Curt Connors memang bagus tetapi ketika menjadi The Lizard, Webb tak memberinya banyak adegan aksi menawan melainkan membiarkan The Lizard bermain sendirian di gorong-gorong bawah tanah New York, yang membuat The Lizard menjadi villain yang begitu mudah dilupakan. Sedikit tambahan, movietard juga sangat menyayangkan dihilangkannya karakte buddy Peter dalam re-boot ini. Tentu akan lebih menyenangkan rasanya melihat bromance yang tercipta antara Peter dengan new Harry Osborne.
Lucikly, salah satu point fresh dalam The Amazing Spiderman adalah kehadiran heroine, hal yang tidak terjadi pada seri Spider-man versi Raimi. Walaupun seperti layaknya Mary Jane, Gwen Stacy memang di-plot
sebagai pacar Peter, tetapi story plot Vanderbilt memberikan ruang yang
lebih besar kepada karakter Gwen. Tampil sebagai si murid cerdas yang
setingkat diatas Peter, membuat Gwen tampil tak kalah baddas. Ia memukul The Lizard [spoiler] dan membuat antidot untuk mengembalikan New Yorkers kembali menjadi manusia [end of spoiler]. Menurut movietard, Gwen tak ubahnya sidekick Spider-man yang berperan penting dalam film ini. Dan menyenangkannya, karakter Gwen dibawakan dengan begitu adorable
oleh Stone. Ya, Stone berhasil menyajikan penampilan yang begitu
memikat dengan ketangguhan dan ketegarannya mendampingi Peter. Apalagi
menurut rumor yang beredar, Stone dan Garfield memang berpacaran in real life, yang membuat chemistry keduanya di layar memang tampak sangat natural.
In conclusion, The Amazing Spiderman berhasil memberikan dimensi baru pada kisah manusia laba-laba ini, terutama dari aspek drama kehidupan personal dan aspek romance berupa relasi Peter dengan Gwen. Yes, the romance plot with Gwen was my favorite!
Tetapi dari segi aksi, Webb tidak memberikan sesuatu yang baru bahkan
justru kemunduran mengingat rentetan aksi yang disajikan Raimi jauh
lebih memukau dari segi visual efek. Kelincahan Spiderman beraksi di
atas menara New York melawan The Lizard memang indah tetapi tidak spektakular. Jadi, walaupun movietard menontonnya dalam versi format 3D, aksi yang tersaji kurang breath-taking. Well, movietard tidak menyalahkan Webb karena ia hanya menerjemahkan story plot yang memang lebih fokus pada sisi drama. Tetapi sayangnya, story plot The Amazing Spiderman memang dibuat Vanderbilt dengan tanggung. Pergulatan batin Peter paska kematian si Paman memang menyentuh, tetapi secara overall this plot wasn’t as intense and a heart wrenching one like what Jonathan Nolan did with Batman series. Ya,The Amazing Spiderman was good superheroes movie but a master of none, yang pasti, trio Webb-Garfield dan Stone harus bekerja lebih keras lagi untuk sekuel yang akan datang dan hey, choose the great villain, please?
If you could do good things for people, you have a moral obligation to do those things [Uncle Ben]
Do You Know?
Sekuel The Amazing Spiderman rencananya akan dirilis pada 2 Mei 2012 oleh Sony Pictures. Yes, the power of money talks, no?
Stan Lee kembali muncul menjadi cameo dalam film ini. Ingatkah anda di adegan apa? Ia menjadi librarian di sekolah Peter yang tak aware dengan pertarungan Spiderman dan The Lizard
The Amazing Spiderman jelas menjadi salah satu film blockbuster
yang ditunggu, menempati peringkat pertama di lebih dari 30 negara. Di
Indonesia, film ini memecahkan rekor untuk pendapatan minggu pertama
dengan menghasilkan 4,5 juta dollar
My Rate
3 Stars. The Amazing Spiderman
was enough good with Peter’s personal life drama and humor but it
lacked some of spectacular actions. This re-boot was just repetition
from the original one, and yes, I loved the original Spider-man much
than this, maybe because Raimi-Maguire-Defoe and Franco’s factors.