Selepas keberhasilannya dalam mengarahkan The Fighter
(2010) – yang berhasil meraih sukses komersial dengan total pendapatan
lebih dari US$129 juta dari masa perilisannya di seluruh dunia sekaligus
mendapatkan pujian luas dari banyak kritikus film dunia dan meraih 6
nominasi di ajang The 83rd Annual Academy Awards, termasuk untuk kategori Best Director – David O. Russell kembali hadir dengan film terbarunya, Silver Linings Playbook.
Diadaptasi oleh Russell dari sebuah novel karya Matthew Quick yang
berjudul sama, filmnya sendiri berkisah mengenai pertemuan antara
seorang pria dengan seorang wanita yang sama-sama memiliki
ketidakstabilan emosional… dan awalnya terlihat saling tidak menyukai
satu sama lain… dan kemudian berusaha saling membantu kekurangan diri
masing-masing… and finally… you guessed it! Keduanya terlibat dalam hubungan asmara. Yep. Silver Linings Playbook is indeed a romantic comedy. Tapi apakah Russell mampu menggarap Silver Linings Playbook menjadi sebuah komedi romantis yang lebih dari sekedar… well… komedi romantis?
Silver Linings Playbook berkisah
mengenai kehidupan Pat Solitano (Bradley Cooper). Ia baru saja dijemput
ibunya, Dolores (Jacki Weaver), untuk pulang dari sebuah institusi
kesehatan mental setelah menghabiskan masa delapan bulan tinggal di
lokasi tersebut sebagai hukuman dari pihak berwajib akibat tindakan
kekerasan yang ia lakukan pada seorang pria yang tertangkap basah sedang
berselingkuh dengan istrinya, Nikki (Brea Bee). Delapan bulan berada di
sebuah institusi kesehatan mental ternyata memberikan waktu bagi Pat
untuk memikirkan seluruh kesalahan dan masa lalunya. Kini, ia berjanji
untuk mulai menata kembali hidupnya, melihat kehidupan dari sisi yang
positif serta berusaha untuk tampil dengan fisik yang bugar agar ia
dapat kembali merebut cinta dari istrinya.
Walau masih khawatir dengan kondisi
emosionalnya yang masih sering berubah-ubah dengan begitu cepat, ayah,
Patrizio (Robert De Niro), dan ibunya berusaha sebisa mungkin untuk
memberikan dukungan yang kuat pada Pat. Begitu pula dengan sahabatnya,
Ronnie (John Ortiz), yang kemudian mengundang Pat untuk datang ke
rumahnya dan makan malam bersama dengan istrinya, Veronica (Julia
Stiles). Ketika acara makan malam itulah, Pat bertemu dengan adik
Veronica, Tiffany (Jennifer Lawrence), yang ternyata juga memiliki
masalah dengan kestabilan emosinya akibat kematian sang suami. Awal
pertemuan itulah yang kemudian menjadi titik balik bagi kehidupan Pat.
Bersama dengan Tiffany, Pat lalu saling mendukung satu sama lain
walaupun seringkali keduanya justru terlibat dengan banyak masalah
akibat ketidakstabilan emosi mereka.
Dengan deretan talenta yang berada di depan dan balik layar pembuatan film ini, tentu banyak orang akan mengharapkan bahwa Silver Linings Playbook akan mampu menjelma lebih dari sekedar sebuah drama komedi romantis. Well… sayangnya… hal tersebut tidak terjadi. Bukan berarti bahwa film ini berjalan dengan begitu buruk. Namun jalan cerita Silver Linings Playbook
benar-benar tidak mampu memberikan sesuatu hal yang baru dalam
presentasinya: baik mengenai penggalian hubungan antara satu karakter
wanita dan satu karakter pria, konflik-konflik yang berada di
sekitarnya, konflik yang terjadi di antara keduanya hingga deretan hal
yang akhirnya memperbaiki diri mereka masing-masing, baik sebagai
individu maupun sebagai pasangan.
Kelemahan Silver Linings Playbook
sendiri bukanlah muncul akibat kefamiliaran arus cerita yang
dibawakannya. Film ini cenderung gagal untuk menarik ikatan emosional
yang lebih mendalam dari penontonnya akibat tindakan David O. Russell
yang terlalu banyak meletakkan permasalahan di dalam jalan cerita dan
akhirnya justru kemudian gagal mendapatkan pengembangan dengan baik. Hal
yang sama juga berlaku pada karakter-karakter yang hadir dalam film
ini. Kecuali karakter Tiffany, seluruh karakter yang ada di dalam jalan
cerita Silver Linings Playbook terlihat berada di wilayah abu-abu
dan membuat kehadiran mereka terasa begitu monoton. Kemunculan karakter
Tiffany di dalam jalan cerita-lah yang kemudian secara perlahan
meningkatkan warna penceritaan Silver Linings Playbook dan terus
hadir dalam kondisi yang sama – dan sangat terasa jika karakter tersebut
hilang dari dalam jalan cerita – hingga berakhirnya durasi penceritaan
film ini.
Satu hal yang pasti, terlepas dari
kekurangan yang muncul dari sisi penulisan naskah dan karakter, Russell
beruntung memiliki deretan pengisi departemen akting yang sangat, sangat
kuat. Bradley Cooper dan Jennifer Lawrence berhasil menampilkan
penampilan akting terbaik di sepanjang karir mereka untuk film ini.
Cooper jelas terlihat begitu lepas dalam menjiwai karakter Pat Solitano
yang memiliki ketidakstabilan emosional namun tetap berusaha untuk
memandang positif segala hal yang berada di sekitarnya. Sebaliknya,
walaupun memiliki karakterisasi lebih gelap, Lawrence mampu membuat
karakter Tiffany menjadi begitu meledak-ledak dengan cara yang akan
berhasil meluluhkan hati banyak orang. Bersama, keduanya mampu
menciptkan chemistry yang begitu erat dan meyakinkan. Deretan
adegan yang menampilkan karakter Pat dan Tiffany menari bersama jelas
adalah deretan adegan paling romantis sekaligus menghibur yang ada di
film ini.
Cooper dan Lawrence mendapatkan dukungan
yang solid dari penampilan jajaran pemeran pendukung film ini. Robert De
Niro – yang menampilkan penampilan terbaiknya dalam beberapa tahun
terakhir – dan Jacki Weaver berhasil hadir sebagai karakter pasangan
orangtua yang memiliki cara yang aneh dalam menghadapi permasalahan
anaknya. Begitu juga Chris Tucker yang mampu hadir kuat ketika berperan
sebagai sahabat dari karakter Pat. Silver Linings Playbook juga
tampil memuaskan dari segi kualitas tata produksi, khususnya tata musik
yang dihasilkan Danny Elfman. Mengikuti pola penulisan dialog yang witty,
Elfman mampu menghadirkan deretan musik pengiring yang terdengar begitu
jenaka namun berhasil mengisi setiap ruang kosong yang terdapat di
sela-sela penceritaan film ini.
Meskipun kelemahan pada penggalian
permasalahan dan deretan karakter yang coba dihadirkan David O. Russell
pada film ini membuat Silver Linings Playbook gagal untuk
mengikat penontonnya secara emosional dengan lebih kuat, namun Russell
tetap mampu membawakan ritme penceritaan film ini dengan baik. Dan tentu
saja, dialog-dialog cerdas nan menghibur yang dihadirkan Silver Linings Playbook
di sepanjang penceritaannya jelas juga merupakan sebuah poin keunggulan
tersendiri. Namun kekuatan utama film ini berada pada solidnya
penampilan dari jajaran departemen aktingnya. Bradley Cooper, Jennifer
Lawrence, Robert De Niro, Jacki Weaver dan Chris Tucker berhasil
menghadirkan kekuatan akting yang begitu mempesona. Apakah Silver Linings Playbook adalah sebuah jalan cerita komedi romantis yang begitu familiar? Benar. Klise? Sama sekali tidak. Silver Linings Playbook
masih akan mampu memberikan momen-momen menyenangkan pada penontonnya
di sepanjang penceritaannya meskipun tidak akan mampu untuk memberikan
kesan yang lebih mendalam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan post komentar anda di bawah ini.