Setelah petualangan The Twilight Saga
(2008 – 2012) resmi berakhir – yang diiringi dengan keriuhan nafas lega
dari banyak orang – Hollywood sepertinya masih mencoba untuk mencari
ladang uang pengganti dari franchise yang telah menghasilkan pendapatan lebih dari US$3 milyar dari seluruh dunia selama masa perilisannya tersebut. Well… Warm Bodies mungkin akan menjadi salah satu kontender tepat untuk menggantikan posisi The Twilight Saga. Tidak hanya memiliki formula yang hampir serupa – namun mengganti posisi vampir dengan zombie, Warm Bodies juga memulai perjalanannya dengan sentuhan tepat dari Jonathan Levine (50/50,
2011) yang mampu memberikan film ini kehangatan kisah percintaan komedi
romantis klasik namun tetap mampu tampil cerdas sehingga akan berhasil
dinikmati oleh penonton dalam jangkauan yang lebih luas.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Isaac Marion, Warm Bodies
berlatar belakang waktu di masa depan dimana Bumi telah dikuasai oleh
para zombie dan manusia kini telah tersingkir ke daerah pinggiran namun
tetap terus berjuang untuk mengembalikan kondisi Bumi seperti dahulu
kala. Fokus cerita film ini sendiri berada pada salah satu karakter
zombie, R (Nicholas Hoult). Ia hanya memiliki huruf R sebagai
identitasnya karena dirinya sama sekali tidak mengingat namanya
terdahulu semasa ia masih hidup. Kisah film ini kemudian akan disajikan
melalui suara yang berada di jalan pemikiran R – mengingat, tidak
seperti para vampir, zombie tidak memiliki kemampuan untuk memancarkan
sinar dari tubuhnya ketika terkena cahaya. Dan juga sama sekali tidak
dapat berbicara satu sama lain.
Anyway… R adalah sosok zombie yang
merasa bahwa dirinya tidak berada dalam komunitas yang sesuai dengan
dirinya. Berbeda dengan para zombie lainnya, R memiliki rasa
keingintahuan yang luas mengenai dunia serta hasrat untuk menjadi lebih
hidup dalam kesehariannya. Dan ketika takdir mempertemukan dirinya
dengan seorang gadis (manusia) cantik bernama Julie (Teresa Palmer – the Kristen Stewart of this movie, by the way)…
kehidupan R mulai berubah secara seketika. Walau awalnya, layaknya para
manusia lain, Julie memiliki rasa takut terhadap R, namun secara
perlahan Julie mampu merasa bahwa R berbeda dengan para zombie lainnya.
Hubungan natara keduanya mulai menghangat… yang kemudian memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap komposisi hubungan antara manusia
dengan para zombie.
Sama seperti yang ia tunjukkan dalam 50/50,
Jonathan Levine kembali berhasil menampilkan kemampuannya dalam
menggarap deretan dialog yang begitu menggigit dan sangat, sangat
menghibur di sepanjang penceritaan Warm Bodies. Dialog-dialog witty
inilah yang menjadi senjata terkuat bagi film ini dalam meluluhkan hati
setiap penontonnya. Tak lupa, Levine juga berhasil menggarap dua
karakter utama film ini menjadi dua karakter yang sangat mudah untuk
disukai dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan sisi
penceritaan personalnya masing-masing namun sama sekali tidak pernah
terlihat mengubur eksistensi karakter lainnya.
Kisah cinta yang ditawarkan dalam Warm Bodies
jelas bukanlah sebuah presentasi yang sama sekali baru. Namun, formula
familiar yang dibawakan oleh film ini secara cerdas berhasil dikelola
oleh Levine melalui deretan dialog yang witty, karakter-karakter
yang begitu mudah untuk disukai serta… kemampuan Levine untuk
mengumpulkan deretan lagu-lagu pengiring yang benar-benar mampu
mengangkat setiap sisi emosional maupun menyerap sisi penceritaan secara
sempurna. Secara bergantian, Levine menghadirkan lagu-lagu dari Bob
Dylan, Bruce Springsteen hingga Guns ‘N Roses yang kadangkala berguna
untuk menggantikan posisi dialog antara para karakternya. Pun begitu,
pada beberapa bagian, terlalu banyaknya penggunaan lagu untuk mengisi
setiap adegan di film ini kadang membuat Levine menjadi terlihat kurang
percaya diri dengan naskah cerita yang telah ia hasilkan.
Dari departemen akting, Nicholas Hoult
jelas tampil begitu memikat sebagai sang karakter utama, R. Tidak
dipungkiri, dialog-dialog witty yang diberikan kebanyakan pada
dialog yang ia perankan mungkin telah berhasil membuat pekerjaan Hoult
untuk memerankan R menjadi lebih ringan. Namun, jelas juga tidak dapat
disangkal bahwa kemampuan Hoult untuk berperan sebagai seorang zombie
juga sangat mengesankan. Chemistry antara dirinya dengan Teresa
Palmer juga mampu tampil meyakinkan. Para aktor pendukung lainnya juga
mampu tampil solid, khususnya Rob Corddry yang sepertinya selalu
berhasil mencuri perhatian setiap karakternya berada dalam penceritaan
film.
Tidak seperti kebanyakan seri dalam franchise The Twilight Saga yang terlihat terlalu berusaha keras untuk tampil romantis, Warm Bodies
justru memanfaatkan ide konyol mengenai percintaan antara manusia
dengan seorang zombie secara ringan dan jauh dari kesan serius.
Keberhasilan Jonathan Levine untuk mengelola kisah tersebut menjadi
sebuah jalan penceritaan romansa yang hangat – termasuk dengan
menghadirkan referensi sastra karya William Shakespeare, Romeo and Juliet,
di beberapa bagian kisahnya, serta deretan lagu-lagu pengiring yang
begitu mampu mewakili banyak plot cerita film juga menjadi faktor
esensial mengapa daya tarik Warm Bodies menjadi begitu sukar untuk ditolak. Ringan namun begitu hangat dalam bercerita, Warm Bodies jelas telah menjadi langkah awal yang tepat jika Hollywood ingin mengembangkan film ini menjadi sebuah franchise.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan post komentar anda di bawah ini.