Welcome to Marlon Brando's Blog

Welcome to My Lovely Blog which created by Marlon Brando. Enjoy the new update information here and staring at colourfull background. I will be enjoying to bring something up of the new topics here and enjoy the solidarity and togetherness on the comments. I'm gonna share new information update that you need, my importants events on Youth Pardede in Blessing Community and this lovely blog is specially dedicated to anyone who knows me so well. So, get ready to read this blog that is totally 'Marlon'! Be ready to get to know me better, and when you read all my writings, be ready to be Brando. It's me MARLON BRANDO.

Nikmati juga hidangan-hidangan khusus dan menjanjikan seputar informasi dunia edukasi, advertensi, software, musik, film, politik, entertainment, computing, religion, tragedy, healthy life, informasi teknologi, fenomena, internet, business, mathematics dan hal menarik lainnya. I will be pleased to share new information and absorbed in keeping update online on this blog. You may also share online and give comments.


Add me on FACEBOOK, TWITTER, PLURK, YAHOO! KOPROL and WINDOWS LIVE

Marlon Brando Images on Love Driven LIFE Blessing Community

Senin, 18 April 2011

Legenda bulutangkis tunggal putri Indonesia Susi Susanti "Keajaiban di Sudirman Cup, 1989"

Saya ingin share satu artikel yang selalu membuat saya merinding setiap saya membacanya. Tentang salah satu peristiwa paling menakjubkan sepanjang sejarah sport dunia. Yang dilakoni oleh legenda bulutangkis tunggal putri Indonesia Susi Susanti  "Keajaiban di Sudirman Cup, 1989"

Indonesia 2011, Bangsa Para Juara : Susi Susanti
"Champions aren't made in gyms. Champions are made from
something they have deep inside them - a desire, a dream, a vision.

They have to have last-minute stamina, they have to be a little faster, they have to have the skill and the will.
But the will must be stronger than the skill".
-Muhammad Ali, petinju legendaris-

Apa yang ada dalam pikiran para Juara terbesar?

Para olahragawan terbesar dalam sejarah dunia, ”The Greatest Olympians”, seperti sang petinju terbesar Muhammad Ali (The Greatest) yang kekuatan pukulannya begitu hebat sampai ”mampu merobohkan bangunan”. Atau Lance Armstrong, pembalap sepeda yang memegang rekor juara Tour de France 7 kali berturut-turut, padahal, dia menderita kanker.

Atau pelari Carl Lewis, raksasa yang memenangkan 9 emas Olimpiade dan 8 emas kejuaraan dunia (sering dianggap sebagai ”Olympian of The Century”). Atau para atlet besar lain seperti Michael Jordan, Tiger Woods, Roger Federer, Michael Phelps (renang, rekor 15 emas Olimpiade), atau Michael Schumacher.

Mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik, yang terkuat dari yang terkuat, yang tercepat, dari semua yang tercepat di planet Bumi. Manusia-manusia Superhuman dengan kekuatan jauh diatas manusia normal.

Apa yang menciptakan kekuatan besar mereka? Keinginan yang begitu dahsyat, Willpower, untuk berjuang habis-habisan dan menjadi yang terbaik? Apa yang membuat mereka senang melakukan pengorbanan-pengorbanan terbesar, dan menikmatinya? Apa sebenarnya impian mereka dan bagaimana membuatnya jadi kenyataan?

Di Indonesia, kita juga punya banyak juara, bukan juara Indonesia tapi dunia. Ada petinju Chris John yang tangguh (WBA Super-Champion), binaragawan Ade Rai (Juara Dunia Musclemania 1996 dan 2000 mengalahkan banyak binaragawan dari negara-negara maju), dan tentu para atlet bulutangkis kita yang heroik.

Rudy Hartono menjadi juara All England sampai 8 kali (1968-1976). Kekuatan besar macam apa yang ada dalam dirinya sampai mampu menjadi juara tak tersaingi sampai 8 kali? Dan bulutangkis, adalah salahsatu olahraga terhebat, karena memerlukan kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan strategi sekaligus.

Liem Swie King juga juara dunia puluhan kali, yang bahkan pernah menantang Rudy Hartono di final All England waktu usianya baru 20 tahun! Liem Swie King mungkin sudah berlatih secara spartan sekelas juara dunia waktu masih belasan tahun. Benar-benar menakjubkan.


Dan salahsatu yang terbesar, dan paling berkesan dalam hati banyak orang Indonesia tentu adalah Susi Susanti, peraih pertama medali emas olimpiade bagi Indonesia, pertama kalinya sepanjang sejarah Indonesia, di Barcelona, 1992.

Kita semua ingat peristiwa itu. Salahsatu momen yang paling menggetarkan jiwa kita bangsa Indonesia. Bulutangkis, adalah olahraga paling digemari di Indonesia, semua orang memainkannya. Dan ini adalah final kejuaraan antar bangsa yang terbesar.

Disini Susi harus berhadapan dengan rival terkuatnya dari Korea, Bang Soo-Hyun. Dari semua kejuaran dunia, ini akan menjadi yang paling prestisius. Kedua pemain dan kedua bangsa, sama-sama memimpikan kemenangan ini. Dan setelah berjuang secara dramatis, Susi-lah yang akhirnya merebut medali tertinggi olahraga dunia itu bagi Indonesia. Indonesia menang!

Benar-benar saat yang mengharukan, ketika Susi Susanti akhirnya naik diatas panggung kehormatan Olimpiade itu, sang Merah Putih dikerek ke atas dengan gagah, dan lagu kebangsaan kita "Indonesia Raya" mulai diperdengarkan.

Jiwa ke-Indonesiaan kita tersentuh. Kita benar-benar bangga sebagai orang Indonesia. Saat itu kita seperti diingatkan kembali, bahwa kita adalah bangsa para juara, bangsa pemenang, bangsa yang besar.


Dan itu menjadi sempurna karena Alan Budikusuma juga mempersembahkan medali emas bulutangkis putera bagi Indonesia. Lengkaplah kejayaan Indonesia.

Tidak hanya emas Olimpiade, Susi Susanti juga nyaris mendominasi bulutangkis dunia dalam jangka waktu yang cukup panjang. Menjuarai puluhan kejuaraan dunia, termasuk All England, dan merebut Piala Uber sepanjang awal 1990-an. Saat itu, Susi Susanti adalah yang terbesar.

Gayanya sangat tenang. Nyaris tanpa emosi, tapi serangan smash-nya cepat dan mematikan seperti ular kobra, kelenturannya seperti batang bambu yang tidak terpatahkan, penempatan bolanya sulit ditebak, dan keteguhannya sekokoh benteng batu yang nyaris tidak tertembus. Smash, lob, rally, dropshot, netting yang sangat tipis dan menegangkan, semuanya dilayani sampai lawannya tidak berkutik.

Bahkan dari sejak kelas 2 SMP, Susi Susanti sudah tahu apa impiannya. Dan Susi yang masih sangat belia itu sudah berani mengambil keputusan besar. Ini dunianya dan dia ingin jadi yang terbaik. Dia pun masuk ke Pelatnas dan tinggal di asrama, memulai proses pembentukannya yang spartan.


Bagaimana para Juara Dunia berlatih?

Sejak remaja, Susi sudah berlatih di Pelatnas. Jam 7 pagi Susi dan teman-temannya sudah bersiap-siap di lapangan. Latihan awal ini berlangsung sampai jam 11 siang. Lalu dilanjutkan lagi dengan latihan sore dari jam 3 sampai jam 7 malam. Ini dilakukan 6 hari dalam seminggu, dari Senin sampai Sabtu kecuali Minggu.

Makan harus yang bergizi tinggi, tidak boleh sembarangan. Tidur harus diatur, tidak boleh terlalu malam. Tidak ada asyik ngobrol dengan teman sampai larut, tidak ada nonton tivi sampai ngantuk. Disiplin adalah kekuatan. Dispilin adalah keunggulan. Disiplin, adalah kemenangan.

Tidak ada waktu sedikitpun untuk main-main kalau ingin jadi juara. Tapi demi impiannya, apapun dilakukan dengan senang hati dan semangat tinggi, dan Susi tahu dia bisa meraih impian besarnya itu. Sementara para remaja kecil lain mungkin masih sibuk bermain-main, Susi kecil sudah berlatih secara spartan.

Susi dikenal sebagai yang paling disiplin. Dia tidak hanya ingin mendisiplinkan dirinya sendiri, tapi ia ingin menjadi contoh bagi yang lainnya, contoh yang terbaik. Ia ingin mencontohkan disiplin yang begitu hebatnya, sehingga yang lain akan bangkit semangatnya untuk berdisiplin seperti dirinya. Dan yang lain pun mengikutinya. Sebuah pemikiran yang besar, mulia, bijaksana dan benar-benar efektif. Sebuah nilai kepemimpinan yang unggul.



"The Mind of A Champion"

Tapi apa yang membuat seseorang mempunyai mental juara seperti itu?
Kenapa seseorang ingin melakukan semua pengorbanan yang berat itu? Kenapa? Darimana awal datangnya?

Mungkin semua petualangan besar itu dimulai dari cinta, dari senang. Mereka senang berolahraga, senang main bulutangkis sejak kecil, mereka menikmati berkumpul bersama teman-temannya main bulutangkis, tertawa bersama-sama dan kadang saling menggoda.

Dan dengan sedikit dukungan semangat dan teknis yang baik, mereka menjadi lebih unggul dan bisa merasakan sesuatu yang istimewa dalam hidup, menang. Dan menang itu enak. Sedangkan kalah, tidak terlalu enak, jadi mereka jadi selalu ingin menang. Keinginan untuk menang melahirkan ambisi, keinginan besar menjadi juara.

Mungkin mereka juga senang menonton pertandingan para juara besar sebelumnya. Seperti kata Isaac Newton sang penemu, ”The Giants”, orang-orang besar belajar dari orang-orang besar sebelumnya (Standing on the shoulders of Giants).

Mungkin Susi Susanti dan Alan Budikusuma waktu kecil senang menonton pertandingan Rudy Hartono dan Liem Swie King. Dan mereka termimpi-mimpi ingin jadi seperti para bintang pujaannya itu, yang menjadi juara, menjadi yang terhebat, melanglang buana mengharumkan nama bangsa dan dipuja-puja banyak orang. Mungkin itu. Atau mungkin karena mereka mencintai orangtua mereka dan ingin membuat mereka bangga. Mungkin itu. Desire, Dream, Vision..

Pembentukannya yang keras membuatnya jadi punya mental juara, fisik yang prima, dan juga daya juang yang heroik, bahkan sejak masih di usia sangat muda. Salahsatu bukti kebesaran Susi Susanti adalah kegemparan yang terjadi di Piala Sudirman, Mei 1989 di Istora Senayan...

"Keajaiban di Sudirman Cup, 1989"

Banyak orang yang mungkin sulit percaya hal itu bisa terjadi. Dan mungkin ini adalah salahsatu peristiwa paling menakjubkan sepanjang sejarah sport dunia.

Sudirman Cup adalah piala beregu seperti Thomas dan Uber Cup, tapi campuran, laki-laki dan perempuan. Di final Indonesia berhadapan dengan Korea, yang baru saja berhasil mempermalukan raksasa China. Stadion Istora Senayan dipenuhi ribuan pendukung fanatik Indonesia yang mengibarkan-ngibarkan bendera kecil Merah Putih.

Awal yang kurang beruntung bagi tim Indonesia. Malam itu, di dua partai pertama, Indonesia langsung tertinggal 0-2. Pasangan Eddy Hartono / Gunawan dalam pertempuran yang sengit dikalahkan ganda legendaris Korea, Park Joo Bong / Kim Mon Soo 9-15 15-8 13-15. Verawaty Fajrin / Yanti Kusmiati ditaklukan Hwang Hye Young / Chung Myung Hee dua set langsung, 12-15 6-15. Satu partai lagi buat Korea, dan semuanya akan berakhir. Para penonton Indonesia sudah hampir kehilangan harapan.

Di partai ketiga yang menentukan, turun bertanding pemain muda cemerlang, Susi Susanti, umurnya baru 18 tahun. Dia akan melawan Lee Young Suk. Masih begitu muda, tapi nasib Indonesia sudah ada di pundaknya.

Sayang, set pertama Susi dikalahkan dengan angka tipis 10-12. Dan di set kedua, para pendukung Indonesia sudah putus harapan. Susi tertinggal jauh, dari 0-1, 0-5, 0-7, sampai akhirnya 2-10.


Hanya tinggal 1 angka lagi. Semua penonton sudah tertunduk lesu, kita sudah kalah. Beberapa penonton terlihat sudah mulai meninggalkan tempat duduknya. Tapi sesuatu terjadi.

Susi tidak menyerah, dia tidak mengendurkan semangatnya sedikitpun. Malah walaupun ini akan jadi satu angka yang terakhir, justru dia akan bertempur habis-habisan. Pemain Korea itu tidak akan menang dengan seenaknya. Walau hanya 1 angka, Susi akan menunjukkan pada dunia bahwa dia tidak pernah menyerah begitu saja. Dan pelan-pelan, angka Susi bertambah. Satu poin, demi satu poin. Penonton terheran-heran, apa yang terjadi?

Tapi angkanya terus saja bertambah, dan penonton mulai bangkit lagi harapannya dan bertepuk tangan. Perlahan-lahan muncul rasa bangga di hati mereka melihat perjuangan Susi Susanti. Mereka tahu, bahwa walaupun kalah, Susi akan menjadi juara di hati mereka, pahlawan mereka yang tidak pernah menyerah, demi Indonesia.

Tapi angka Susi Susanti terus bertambah, malah makin mendekati angka Lee Young Suk. Pemain Korea itu mulai terlihat gugup, dan penonton Indonesia makin terbakar semangatnya. Apakah mungkin kali ini Susi akan menang?

Dan akhirnya keajaiban pun terjadi! Susi memperkecil ketinggalan angkanya sampai akhirnya dia menyamakan kedudukan, 10-10! Dari 2-10, jadi 10-10! Benar-benar sebuah daya juang yang tiada bandingannya.

Sekarang sudah tidak ada lagi yang mampu menghentikannya. Lee sudah jatuh mentalnya. Dia mungkin juga tidak habis pikir apa yang terjadi. Dengan serang-serangan yang mematikan Susi akhirnya menyudahi pertarungan dramatis itu, 12-10.

Dan di set ketiga, daya juang Lee sudah lenyap. Susi membantai Lee tanpa ampun 11-0, tanpa perlawanan. Ada cerita mengatakan bahwa pimpinan pelatih Korea kalap dan frustasi sampai dia kehilangan akal, menyumpah-nyumpahi Lee Young Suk bahkan memukulnya di depan banyak orang.

Setelah pertarungan ini, seluruh tim Korea kolaps. Tim Indonesia sudah benar-benar diatas angin. Edy Kurniawan menang telak dari Han Kok-Sung 15-4 dan 15-3. Ganda campuran Eddy Hartono / Verawaty menghabisi Park Joo Bong / Chung Myung Hee 18-13 dan 15-3. Indonesia berjaya. Kita menang!

Anda bayangkan Korea yang sekarang negerinya sangat maju, bisa dihancurkan semangatnya oleh para pemain bulutangkis Indonesia.
- Susi Susanti, living legend kebanggaan Indonesia -
Pasca Keajaiban Sudirman 1989 yang mengubah prestasi Susi Susanti menjadi prestasi mencengangkan sesudahnya. Berbagai gelar ia koleksi. Dan membawa harum nama Indonesia di kancah Internasional. 

Berikut kisah lengkap Susi Susanti :Biodata
Nama: Lucia Francisca Susi Susanti
Lahir: Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971
Menikah: 9 Februari 1997
Suami: Alan Budikusuma
Anak:
Lourencia Averina (1999)
Albertus Edward (2000)
Sebastianus Frederick (2003)
Prestasi:
- Hall of Fame dari International Badminton Federation (IBF), Mei 2004
- Herbert Scheele Trophy, 2002
- Medali Emas Olimpiade Barcelona, 1992
- Medali Perunggu Olimpiade Atlanta, 1996
- Juara Dunia pada World Championship, 1993
- Juara All England 4 kali (1990, 1991, 1993, 1994)
- Juara Piala Uber bersama tim Uber Indonesia 2 kali (1994 dan 1996)
- Juara Piala Sudirman bersama tim nasional Indonesia, 1989
- Juara World Badminton Grand Prix 6 kali (1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996)
- Juara Indonesia Open 6 kali (1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997)
- Juara Malaysia Open 4 kali (1993, 1994, 1995, dan 1997)
- Juara Japan Open 3 kali (1992, 1994, dan 1995)
- Juara Thailand Open 4 kali (1991, 1992, 1993, dan 1994)
- Juara Denmark Open 2 kali (1991 dan 1992)
- Juara China Taipei Open 2 kali (1991 dan 1994)
- Juara Korea Open, 1995
- Juara Dutch Open, 1993
- Juara Swedish Open, 1991
Penghargaan:
Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama, 1992
* * *
Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971. Pemain bulutangkis putri terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini ternyata sudah menyukai permainan bulutangkis sejak duduk di bangku SD. Dukungan orangtuanya membuat ia mantap untuk menjadi atlet bulutangkis. Ia pun memulai karir bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Setelah berlatih selama 7 tahun di sana dan memenangkan kejuaraan bulutangkis tingkat junior, pada tahun 1985 ia pindah ke Jakarta. Saat itu ia kelas 2 SMP, namun telah berpikir untuk serius di dunia bulutangkis.
Di Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet. Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin s.d. Sabtu mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 11.00. Kemudian disambung lagi dari pukul 15 sampai pukul 19.00. Ada aturan tersendiri untuk makan, jam tidur, sampai tentang pakaian. Ia tidak diperbolehkan menggunakan sepatu dengan hak tinggi untuk menghindari kemungkinan keseleo. Untuk berjalan-jalan ke mall pun hanya bisa pada hari Minggu. Itu pun jarang dilakukan karena lelah berlatih.
Untuk menjadi juara ia memang harus selalu disiplin dan konsentrasi. Akhirnya ia pun menyadari dalam meraih prestasi memang perlu perjuangan dan pengorbanan. “Kalau mau santai dan senang-senang terus, mana mungkin cita-cita saya untuk jadi juara bulutangkis tercapai? Sekarang rasanya puas banget melihat pengorbanan saya ada hasilnya. Ternyata benar juga kata pepatah: Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” kata Susi mengenang.
Pada awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil menjadi juara di Indonesian Open. Selain itu berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil turut serta menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama kalinya dan belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia pun mulai merajai kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia pada tahun 1993.
Puncak karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada saat ia menjadi juara tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992. Susi menjadi peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Uniknya, Alan Budikusuma yang merupakan pacarnya ketika itu, turut menjadi juara di tunggal putra. Mereka berhasil mengawinkan gelar juara tunggal putra dan putri bulutangkis pada Olimpiade Barcelona. Media asing menjuluki mereka sebagai “Pengantin Olimpiade”, sebuah julukan yang terjadi menjadi kenyataan di kemudian hari.
Susi kembali berhasil meraih medali, kali ini medali perunggu pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu, Susi turut serta menorehkan prestasi dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar yang telah lama lepas dari genggaman srikandi-srikandi kita. Puluhan gelar seri grand prix juga berhasil ia raih sepanjang karirnya. Untuk lebih lengkapnya, bisa dilihat pada daftar prestasi Susi Susanti pada bagian Biodata.
Saat masih aktif menjadi pemain, Susi selalu berusaha menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi pemain lainnya. Ia sangat disiplin terhadap waktu latihan atau pun di luar latihan. Kiprah Susi Susanti di dunia bulutangkis memang luar biasa. Dalam setiap pertandingan, ia selalu menunjukkan sikap yang tenang dan tanpa emosi bahkan pada saat tertinggal jauh perolehan angkanya. Semangatnya yang pantang menyerah selalu berhasil membuat para pendukungnya yakin Susi akan memberikan usaha yang terbaik.
Walaupun telah puluhan gelar tingkat internasional ia raih, ada satu sikap yang tidak pernah hilang dari diri Susi Susanti. Ia selalu bersikap rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru kesempatan untuk memperbaiki kemampuan dan menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap yang patut dicontoh oleh para generasi muda bangsa Indonesia.



Kehidupan Pasca Gantung Raket


Setelah menggantungkan raketnya, Susi memulai kehidupannya dari nol lagi. Suaminya, Alan Budikusuma mencoba berbagai macam jenis usaha, sampai menjadi pelatih di Pelatnas. Untunglah, Susi dan Alan mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang terdekatnya. Akhirnya mereka bisa berdiri sendiri dan mempunyai keyakinan untuk membuka usaha sendiri.
Susi akhirnya membuka sebuah toko di ITC Mega Grosir Cempaka Mas yang menjual berbagai macam pakaian asal Cina, Hongkong dan Korea, serta sebagian produk lokal. Usaha ini dilakoninya sambil melaksanakan tugas utamanya sebagai ibu dari 3 orang anak, Lourencia Averina, Albertus Edward, dan Sebastianus Frederick. Selain itu, Susi bersama Alan mendirikan Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading sebagai gedung pusat pelatihan bulutangkis. Mereka berdua juga membuat raket dengan merek Astec (Alan-Susi Technology) pada pertengahan tahun 2002.
Pada bulan Mei 2004, International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Selain Susi, pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame antara lain Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King. Susi juga mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari pemerintah Republik Indonesia atas prestasinya mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Kini Susi dan Alan menjalani hari-harinya bersama ketiga putra mereka di rumah nan asri di Komplek Gading Kirana, Jakarta Utara. Mereka masih rutin bermain bulutangkis sampai saat ini, minimal dua kali seminggu untuk menjaga kondisi.
Bangsa Bermental Juara
Dan sejak itu Susi Susanti menjadi bintang besar, bahkan terbesar di dunia bulutangkis. Dia akan menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat medali emas Olimpiade, ajang olahraga terbesar di dunia, di Barcelona 1992. Dia bahkan merebutnya bersama Alan Budikusuma, sekarang suaminya yang tercinta. Pasangan Emas Olimpiade, sesuatu yang mungkin belum ada dalam sejarah olahraga dunia.

Saat kepulangannya dari Barcelona Susi dan Alan disambut dengan sukacita ribuan penggemarnya yang mengelu-elukannya sepanjang perjalanan. Itu mungkin adalah salahsatu pesta penyambutan terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah Indonesia.

Susi Susanti bukan hanya orang yang sangat penting. Dialah pahlawan besar Indonesia. Dialah yang menunjukkan kepada dunia Indonesia adalah bangsa pemenang, bangsa besar yang harus diperhitungkan. Dialah yang memberikan rakyat harapan, kebahagiaan yang meluap-luap yang bahkan tidak mungkin diberikan oleh pejabat terpenting manapun. Indonesia, Bisa! Indonesia Menang!

Susi Susanti berlanjut memenangi puluhan kejuaraan bulutangkis bergengsi di seluruh dunia, berbagai kejuaraan Grand Prix, dan dua kali mempersembahkan Piala Uber untuk Indonesia. Membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia, seperti yang sebelumnya telah dilakukan para pahlawan besar olahraga kita, oleh Rudy Hartono dan Liem Swie King.

Pantang menyerah. Daya juang. Pertandingan belum berakhir sebelum pertandingan berakhir. Pengorbanan demi kebesaran nama bangsa dan negara Indonesia yang harum. Itulah kekuatan karakter yang dibutuhkan generasi baru Indonesia. Dan itu adalah jiwa yang bisa dibentuk, dibangkitkan. Caranya adalah dengan belajar dari para juara, Champions, para Juara Dunia.
Kenapa Susi tidak menyerah di Piala Sudirman 1989 ?Karena walaupun 1 angka sekalipun, dan walaupun kalah, kalah adalah juga pelajaran, dan itu penting. Jadi tidak perlu patah semangat.

Mungkin bila kita belajar lebih banyak dari Susi Susanti, kita akan tahu cara menciptakaan ribuan atau bahkan jutaan calon-calon juara dunia bagi Indonesia. Manusia-manusia terunggul bermental juara yang pantang menyerah, punya impian-impian besar dan selalu ingin menjadi terbaik, terbaik di dunia. Kita yang akan melakukannya 
 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan post komentar anda di bawah ini.