Welcome to Marlon Brando's Blog

Welcome to My Lovely Blog which created by Marlon Brando. Enjoy the new update information here and staring at colourfull background. I will be enjoying to bring something up of the new topics here and enjoy the solidarity and togetherness on the comments. I'm gonna share new information update that you need, my importants events on Youth Pardede in Blessing Community and this lovely blog is specially dedicated to anyone who knows me so well. So, get ready to read this blog that is totally 'Marlon'! Be ready to get to know me better, and when you read all my writings, be ready to be Brando. It's me MARLON BRANDO.

Nikmati juga hidangan-hidangan khusus dan menjanjikan seputar informasi dunia edukasi, advertensi, software, musik, film, politik, entertainment, computing, religion, tragedy, healthy life, informasi teknologi, fenomena, internet, business, mathematics dan hal menarik lainnya. I will be pleased to share new information and absorbed in keeping update online on this blog. You may also share online and give comments.


Add me on FACEBOOK, TWITTER, PLURK, YAHOO! KOPROL and WINDOWS LIVE

Marlon Brando Images on Love Driven LIFE Blessing Community

Senin, 04 Maret 2013

Review: Warm Bodies (2013)


warm_bodies_header
Setelah petualangan The Twilight Saga (2008 – 2012) resmi berakhir – yang diiringi dengan keriuhan nafas lega dari banyak orang – Hollywood sepertinya masih mencoba untuk mencari ladang uang pengganti dari franchise yang telah menghasilkan pendapatan lebih dari US$3 milyar dari seluruh dunia selama masa perilisannya tersebut. WellWarm Bodies mungkin akan menjadi salah satu kontender tepat untuk menggantikan posisi The Twilight Saga. Tidak hanya memiliki formula yang hampir serupa – namun mengganti posisi vampir dengan zombie, Warm Bodies juga memulai perjalanannya dengan sentuhan tepat dari Jonathan Levine (50/50, 2011) yang mampu memberikan film ini kehangatan kisah percintaan komedi romantis klasik namun tetap mampu tampil cerdas sehingga akan berhasil dinikmati oleh penonton dalam jangkauan yang lebih luas.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Isaac Marion, Warm Bodies berlatar belakang waktu di masa depan dimana Bumi telah dikuasai oleh para zombie dan manusia kini telah tersingkir ke daerah pinggiran namun tetap terus berjuang untuk mengembalikan kondisi Bumi seperti dahulu kala. Fokus cerita film ini sendiri berada pada salah satu karakter zombie, R (Nicholas Hoult). Ia hanya memiliki huruf R sebagai identitasnya karena dirinya sama sekali tidak mengingat namanya terdahulu semasa ia masih hidup. Kisah film ini kemudian akan disajikan melalui suara yang berada di jalan pemikiran R – mengingat, tidak seperti para vampir, zombie tidak memiliki kemampuan untuk memancarkan sinar dari tubuhnya ketika terkena cahaya. Dan juga sama sekali tidak dapat berbicara satu sama lain.
Anyway… R adalah sosok zombie yang merasa bahwa dirinya tidak berada dalam komunitas yang sesuai dengan dirinya. Berbeda dengan para zombie lainnya, R memiliki rasa keingintahuan yang luas mengenai dunia serta hasrat untuk menjadi lebih hidup dalam kesehariannya. Dan ketika takdir mempertemukan dirinya dengan seorang gadis (manusia) cantik bernama Julie (Teresa Palmer – the Kristen Stewart of this movie, by the way)… kehidupan R mulai berubah secara seketika. Walau awalnya, layaknya para manusia lain, Julie memiliki rasa takut terhadap R, namun secara perlahan Julie mampu merasa bahwa R berbeda dengan para zombie lainnya. Hubungan natara keduanya mulai menghangat… yang kemudian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komposisi hubungan antara manusia dengan para zombie.
Sama seperti yang ia tunjukkan dalam 50/50, Jonathan Levine kembali berhasil menampilkan kemampuannya dalam menggarap deretan dialog yang begitu menggigit dan sangat, sangat menghibur di sepanjang penceritaan Warm Bodies. Dialog-dialog witty inilah yang menjadi senjata terkuat bagi film ini dalam meluluhkan hati setiap penontonnya. Tak lupa, Levine juga berhasil menggarap dua karakter utama film ini menjadi dua karakter yang sangat mudah untuk disukai dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan sisi penceritaan personalnya masing-masing namun sama sekali tidak pernah terlihat mengubur eksistensi karakter lainnya.
Kisah cinta yang ditawarkan dalam Warm Bodies jelas bukanlah sebuah presentasi yang sama sekali baru. Namun, formula familiar yang dibawakan oleh film ini secara cerdas berhasil dikelola oleh Levine melalui deretan dialog yang witty, karakter-karakter yang begitu mudah untuk disukai serta… kemampuan Levine untuk mengumpulkan deretan lagu-lagu pengiring yang benar-benar mampu mengangkat setiap sisi emosional maupun menyerap sisi penceritaan secara sempurna. Secara bergantian, Levine menghadirkan lagu-lagu dari Bob Dylan, Bruce Springsteen hingga Guns ‘N Roses yang kadangkala berguna untuk menggantikan posisi dialog antara para karakternya. Pun begitu, pada beberapa bagian, terlalu banyaknya penggunaan lagu untuk mengisi setiap adegan di film ini kadang membuat Levine menjadi terlihat kurang percaya diri dengan naskah cerita yang telah ia hasilkan.
Dari departemen akting, Nicholas Hoult jelas tampil begitu memikat sebagai sang karakter utama, R. Tidak dipungkiri, dialog-dialog witty yang diberikan kebanyakan pada dialog yang ia perankan mungkin telah berhasil membuat pekerjaan Hoult untuk memerankan R menjadi lebih ringan. Namun, jelas juga tidak dapat disangkal bahwa kemampuan Hoult untuk berperan sebagai seorang zombie juga sangat mengesankan. Chemistry antara dirinya dengan Teresa Palmer juga mampu tampil meyakinkan. Para aktor pendukung lainnya juga mampu tampil solid, khususnya Rob Corddry yang sepertinya selalu berhasil mencuri perhatian setiap karakternya berada dalam penceritaan film.
Tidak seperti kebanyakan seri dalam franchise The Twilight Saga yang terlihat terlalu berusaha keras untuk tampil romantis, Warm Bodies justru memanfaatkan ide konyol mengenai percintaan antara manusia dengan seorang zombie secara ringan dan jauh dari kesan serius. Keberhasilan Jonathan Levine untuk mengelola kisah tersebut menjadi sebuah jalan penceritaan romansa yang hangat – termasuk dengan menghadirkan referensi sastra karya William Shakespeare, Romeo and Juliet, di beberapa bagian kisahnya, serta deretan lagu-lagu pengiring yang begitu mampu mewakili banyak plot cerita film juga menjadi faktor esensial mengapa daya tarik Warm Bodies menjadi begitu sukar untuk ditolak. Ringan namun begitu hangat dalam bercerita, Warm Bodies jelas telah menjadi langkah awal yang tepat jika Hollywood ingin mengembangkan film ini menjadi sebuah franchise.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan post komentar anda di bawah ini.